Menghargai teman di dalam pergaulan sehari-hari. Contohnya menghargai pendapat teman di kampus ketika memberikan pendapatnya saat perkuliahan berlangsung. Pada saat mendapat mata kuliah agama, Dosen menanyakan kepada seluruh mahasiswa/i di kelas tentang Maulid Nabi SAW. Ketika itu salah satu teman ada yang menjawab. Ia mengatakan bahwa, mengapa alasan Ia tidak mengikuti Maulid Nabi SAW karena Ia hanya mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah, dan tidak ada di dalamnya suatu hal yang mengenai Maulid Nabi SAW, dan seterusnya. Setelah mendengar jawaban tersebut, Dosen lalu ingin mencari jawaban dari mahasiswa/i lain untuk sama-sama berdiskusi mencari kebenaran. Tiba-tiba teman di sebelah Saya memberikan pendapat, dan teman Saya yang satu ini sangat meyakini Maulid adalah bid’ah hasanah atau sesuatu yang diperbolehkan oleh Rasulullah SAW, dan seterusnya.
Setelah beberapa teman sudah
memberikan jawabanya. Dosen baru memberikan jawabanya dengan sebijak mungkin
agar tidak menyinggung perasaan mahasiswa yang setuju dan tidak setuju. Dosen
mengatakan bahwa bid’ah hasanah itu
ada dalam Islam dan di perbolehkan. Beliau mengambil contoh perkara-perkara
yang tidak ada di dalam Al-Qur’an atau Sunnah
ialah ketika Utsman bin Affan .ra didesak
oleh ketiga sahabatnya yaitu Umar bin
Khattab, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Bakar ash-Shiddiq untuk mengumpulkan para
penghafal Al-Qur’an untuk menulis dan membukukan Al-Qur’an. Dan perintah itu
tidak dari Rasulullah SAW.
Ketika itu Saya setuju dengan Dosen
karena Saya sudah pernah mendengar dan membaca sebelumnya. Pada saat itu Saya
tidak memberikan jawaban tentang hal ini, yang pertama karena takut menyinggung
perasaan teman dan yang kedua karena Saya sadar diri akan ilmu agama yang Saya
miliki dan tidak tahu cara menyampaikannya seperti apa, karena ini mengenai agama,
pikir Saya saat itu.
Itulah cerita sesingkat-singkatnya
yang bisa Saya tulis bahwa kita semua harus menghargai pendapat orang lain
tanpa menyinggung perasaan adalah sikap terpuji yang harus dipertahankan.
0 komentar:
Posting Komentar